Baru-baru ini wadah pemikir The Economist Intelligence Unit (EIU) di bawah majalah Inggris The Economist dalam sebuah laporan surveinya mengemukakan sepuluh krisis yang mungkin menimbulkan pengaruh menjangkau jauh bagi dunia. Calon kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump dan kekuatan teroris ISIS termasuk dalam daftar tersebut. yang mengejutkan ialah, yang menempati urutan pertama di daftar itu adalah "keruntuhan ekonomi China".
Pada awal tahun 2016, bursa saham di seluruh dunia secara merata mengalami keguncangan terpengaruh prediksi kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed), AS. Sebagai akibatnya, mata uang mancanegara, termasuk mata uang RMB berturut-turut mengalami devaluasi. Argumentasi tentang "keruntuhan ekonomi China" pun terus bermunculan di berbagai media utama. Setelah Biro Statistik Nasional China mengumumkan laju pertumbuhan ekonomi 6,9 persen sepanjang tahun 2015, media Barat bahkan menyatakan bahwa ekonomi China akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia.
Akan tetapi, media Barat selalu tidak berani menghadapi kenyataan bahwa justru tiga kekuatan ekonomi Barat yang memperlamban pertumbuhan ekonomi dunia, bukan China. Sebagai salah satu negara berkembang, China selalu berfungsi sebagai "lokomotif" pertumbuhan ekonomi dunia. Walaupun produk domestik bruto (PDB) China pada tahun 2015 hanya tercatat di bawah 7 persen, namun kontribusinya terhadap ekonomi dunia tetap menembus 25 persen.
Yang menjadi kontras adalah ekonomi Eropa dan AS. Sejak krisis moneter tahun 2008, ekonomi AS tidak pernah pulih ke titik puncaknya. Laju pertumbuhan PDB AS selalu berada di bawah 2 persen. Walaupun tingkat penganggurannya sedikit menurun, namun jumlah populasi kelas menengahnya malah menurun dan taraf hidup rakyatnya hampir tidak berubah dalam 20 tahun terakhir. Eropa sampai sekarang belum melepaskan diri dari bayangan gelap krisis hutang sehingga ekonomi di zona euro tetap dalam kondisi lesu. Seiring dengan masuknya pengungsi dalam jumlah besar, perkembangan ekonomi Eropa akan menghadapi tekanan yang lebih besar.
CRI
Saturday, March 26, 2016
China bantah Argumentasi Keruntuhan Ekonomi China
Related Posts:
Snow Leopard Commando Unit mengamankan perbatasan Xinjiang Polisi bersenjata China, Snow Leopard Commando Unit (SLCU) telah melakukan sesi pelatihan keterampilan kontra-terorisme untuk menjaga perbatasan di Kashgar, di Daerah Otonomi Xinjiang Uygur barat laut China. SLCU … Read More
PM China inspeksi provinsi JilinPerdana Menteri China, Li Keqiang ketika mengadakan kunjuangan untuk melihat situasi ekonomi dan kehidupan rakyat di provinsi Jilin baru-baru ini, beliau mengatakan pihak-pihak yang terkait harus berusaha untuk menjamin perke… Read More
Etnis minoritas terkecil di China menyambut dunia luar Derung adalah salah satu dari beberapa kelompok etnis di China dengan jumlah penduduk lebih kecil dari 10.000 orang. Tinggal di pegunungan tinggi di Provinsi Yunnan Barat Daya China di sepanjang perbatasan dengan Myan… Read More
Musim membajak lahan pertanian di TibetFoto menunjukkan desa Sapugang di kabupaten Kangmar, prefektur Shigatse sudah memasuki musim semi , yang merupakan musim membajak di Tibet, sehingga Petani mulai mengadakan upacara semi membajak tahunan untuk berdoa untuk pan… Read More
Mobil Listrik karya tukang kayu di ChinaSeorang tukang kayu di China yang berusia 49 tahun bernama Liu Fulong menghabiskan tiga bulan dan 20.000 yuan ($ 3.224) untuk membuat mobil listrik sepenuhnya buatan tangan yang bodynya terbuat dari kayu di Shenyang, provinsi… Read More
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.