Etnis Salar merupakan salah satu dari 10 etnis minoritas yang beragama Islam di China. Mereka kebanyakan tinggal di kabupaten Otonomi Etnis Salar Xunhua, Provinsi Qinghai. Etnis Salar memiliki sejarah selama lebih 800 tahun dan kebudayaan yang gemilang.
Bertolak dari Xining, ibu kota Provinsi Qinghai dengan naik mobil melewati gunung-gunung serta-bukit, tibalah di Xunhua, bagian tenggara Provinsi Qinghai yang dekat Sungai Kuning. Walaupun Xunhua terletak di kawasan dataran tinggi, namun cuacanya sangat strategis seperti di kawasan selatan Tiongkok.
Semakin dekat dengan Xunhua, semakin banyak terlihat penduduk Etnis Salar berjalan-jalan di kedua sisi jalan. Ada wanita etnis tua Salar berjalan sambil memegang sebatang cangkul, nampaknya baru selesai bekerja di ladang dan akan pulang ke rumah. Ada juga pemuda etnis Salar yang menunggang motor dengan dibonceng oleh istrinya. Ada beberapa orang perempuan etnis Salar sedang bekerja di ladang, dengan tudung mereka telah memberikan tanah ladang yang menghijau dan luas.
Mukim Jiezi di Xunhua merupakan tempat kediaman terawal bagi etnis Salar setelah mereka berhijrah dari Asia Tengah pada ratusan tahun yang lalu. Sebuah patung batu unta putih yang terletak di tengah persimpangan jalan merupakan Mercu tanda Xunhua.
Unta putih dianggap sebagai lambang Etnis Salar. Han Fulin, seorang sarjana etnis Salar telah menceritakan sebuah legenda yang penuh keajaiban tentang unta putih kepada wartawan. Legenda tersebut pada migrasi Etnis Salar dari Asia Tengah ke timur dan akhirnya menetap di Xunhua sampai sekarang.
"Berdasarkan ceritanya, lebih 800 tahun yang lalu, ada Puak Salar yang tinggal di Samarkand, Asia Tengah. Ketua Puak Salar, Mahmud al-Kashgari sangat dihormati dan disayangi oleh rakyat lokal sehingga beliau dicemburui oleh Kaisar negara itu. Maka puaknya yang dipimpin oleh Mahmud terpaksa berhijrah ke timur untuk mencegah bencana. Mereka berharap agar dapat menemukan sebuah tempat yang damai dan harmonis.
Mereka bertolak menuju ke timur dengan membawa seekor unta putih. Mereka melewati gunung-gunung dan menjangkau padang pasir dengan keyakinan kepada Allah, sehingga akhirnya mereka tiba di kaki sebuah gunung berwarna merah di pesisir Sungai Kuning. Sewaktu itu, unta putih itu tiba-tiba menghilang. Barang-barang yang diangkut oleh unta putih itu termasuk air dan tanah yang dibawa dari tempat asal mereka serta naskah salinan al-Quran tulisan tangan yang sangat berharga, semuanya turut hilang. Mereka merasa sangat cemas dan mencari-cari sepanjang malam. Akhirnya mereka menemukan bahwa unta putih itu sudah menjadi sebuah patung batu di tepi sebuah mata air. Semua barang yang diangkut oleh unta putih itu tetap berada di atas bonggolnya.
Orang-orang merasa terkejut akibat keajaiban yang terjadi itu. Air dan tanah yang terdapat dari tempat asal mereka adalah sama dengan air dan tanah di tepi mata air tersebut. Sejak itulah, mereka telah menetap di tempat yang dekat mata air tersebut dan bergaul dengan etnis lokal seperti etnis Tibet dan lain-lain. Suku tersebut adalah etnis Salar pada masa sekarang yang penduduknya berjumlah kira-kira 100 ribu orang. Sedangkan tempat mereka adalah Xunhua pada hari ini. "
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.