Wednesday, October 12, 2016

Hubungan AS-Rusia Masuki Level Terendah Dalam Sejarah

Harian Renmin Ribao: Dewan Keamanan PBB kemarin secara terpisah mengadakan pemungutan suara terhadap dua rancangan resolusi mengenai masalah Suriah, yang masing-masing disusun pihak Perancis dan Spanyol dan pihak Rusia, namun kedua resolusi tersebut gagal diluluskan. Ini merupakan kelima kalinya Rusia memveto rancangan resolusi terkait Suriah sedangkan rancangan resolusi yang dikemukakan Rusia sendiri juga tidak berhasil diluluskan karena perolehan suara yang tidak cukup. Masalah Suriah sekali lagi menjadi sebuah titik api dalam kontradiksi antara AS dan Rusia.

Wakil Tetap Rusia untuk PBB Vitaly Churkin mengatakan, krisis Suriah kini berada pada tahap krusial dan upaya penengahan politik masyarakat internasional sangatlah penting, karenanya tidak boleh membuang-buang waktu. Wakil Dubes AS untuk PBB mengatakan, yang diinginkan Rusia ialah semua pihak terus berdiskusi agar mereka merebut Allepo dengan cara lalim.

Rusia sebelumnya menempatkan sistem rudal anti-udara S-300 dengan alasan melindungi pangkalan tentara Rusia. Menurut VOA, AS tengah membahas peningkatan dukungan kepada kekuatan golongan oposisi bahkan mungkin akan mengadakan serangan udara terhadap pangkalan angkatan udara Suriah dengan mengerahkan pesawat militer tentara AS.

Periset senior Balai Riset AS mengenai Timur Tengah, yang juga mantan Dubes AS untuk Suriah Robert Ford berpendapat, tujuan strategis AS dan Rusia berbeda sama sekali. Pemerintah Obama berpendapat bahwa yang paling penting di Suriah adalah anti-terorisme sedangkan Rusia mementingkan dukungan kepada pemerintah Bashar. Oleh karena itu, kedua negara tidak akan mencapai terobosan dalam penyelesaian masalah krisis Suriah.

Selain masalah Suriah, kontradiksi AS-Rusia masih menjalar ke banyak bidang lain karena kurangnya kepercayaan antara satu sama lain.

Analisa berpendapat, hubungan AS-Rusia memasuki level terendah dalam sejarah dan pertarungan kedua pihak tidak saja terbatas di suatu daerah atau medan perang, efek kupu-kupu di peta politik internasional semakin nyata dan kini tidak ada lagi situasi yang mutlak menguntungkan suatu pihak. CRI

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment

Terima Kasih atas Komentar anda.
Thanks for your Comments.