Mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi di Tiongkok dalam lima tahun mendatang tidak akan mudah, dan fokus pemerintah akan tertuju pada usaha mentransformasi pola perkembangan, demikian kata Perdana Menteri Wen Jiabao di hadapan jumpa wartawan hari Senin 14 Maret 2011. Jumpa wartawan berlangsung di Balai Agung Rakyat menyusul penutupan sidang tahunan Kongres Rakyat Nasional (KRN) ke-11.
Mencapai pertumbuhan tahunan GDP sebesar 7 persen rata-rata untuk periode Rencana Lima Tahun ke-12 (2011- 2015) "bukanlah tugas yang mudah," kata PM Wen.
Hari itu sebelum jumpa wartawan, KRN mensahkan Rencana Lima Tahun ke-12 untuk perkembangan ekonomi dan sosial, dan menerima baik resolusi mendukung laporan kerja pemerintah yang disampaikan oleh PM Wen Jiabao.
Dalam laporan itu Wen menyoroti sasaran perkembangan dalam lima tahun mendatang dan menjelaskan agenda pemerintah yang utama tahun ini.
Tiongkok masih harus memecahkan masalah-masalah yang telah lama tak terpecahkan dalam suatu ekonomi yang kurang seimbang, kurang terkoordinasi dan kurang berkelanjutan.
Berbagai masalah ketidakseimbangan dan koordinasi meliputi, di antaranya, perbedaan antara desa dan kota, pertentangan antara investasi dan konsumsi, kesenjangan kekayaan yang makin mencolok.
Sementara itu terdapat keprihatinan yang makin dalam mengenai dampak lingkungan dari ekonomi yang ditopang sumber daya.
Dalam waktu sekitar dua jam 40 menit, Wen menjawab 12 pertanyaan yang mengangkat soal-soal mulai dari menyeimbangkan kembali struktur ekonomi, mengendalikan inflasi, memangkas harga rumah, reformasi politik sampai perkembangan bisnis swasta.
Wen Jiabao mengatakan, Tiongkok harus menyeimbangkan dengan baik antara pertumbuhan, pekerjaan (kesempatan kerja) dan inflasi untuk menghindari resesi ekonomi sambil mengurangi tekanan dari biaya yang meningkat.
"Kita harus menggunakan sebaik-baiknya kesempatan (tingkat pertumbuhan lebih rendah) untuk menyesuaikan struktur ekonomi . . . dan memungkinkan pertumbuhan ekonomi cocok dengan penduduk, lingkungan dan sumber daya Tiongkok," katanya.
Wen Jiabao menunjukkan, Tiongkok harus meninggalkan mentalitas "hanya GDP saja" dan menjamin supaya pertumbuhan ekonomi jangan lagi dicapai dengan mengorbankan sumber daya, energi, dan lingkungan hidup.
Ia juga menyerukan pengubahan sistem evaluasi untuk menilai kinerja pejabat.
Banyak pejabat memberi perhatian lebih banyak kepada pertumbuhan GDP daripada pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dengan maksud untuk mendapat promosi.
Tiongkok harus bersandar pada inovasi ilmiah dan perbaikan mutu kerja untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pertumbuhan, demikian Wen menambahkan.
Laju Tiongkok dalam pemulihan ekonomi dan gerak maju ekonomi dan sosialnya yang mantap telah menarik banyak perhatian dunia, tapi PM Wen Jiabao tetap menegaskan bahwa Tiongkok telah memilih jalan perkembangan yang cocok dengan syarat nasionalnya sendiri.
"Tidaklah tepat membuat analogi antara Tiongkok dengan negeri-negeri lain," kata Wen Jiabao ketika menanggapi pertanyaan tentang apakah negeri-negeri lain bisa belajar dari model perkembangan Tiongkok, khususnya setelah "beberapa negeri Afrika Utara telah mengalami perubahan besar."
Semua negeri harus merintis jalan perkembangannya sendiri, katanya.
Tiongkok akan meningkatkan upaya untuk memperbaiki penghidupan rakyat dengan cara meredam inflasi, memperbanyak perumahan terjangkau, dan menaikkan pendapatan petani.
Inflasi akan menjadi puncak agenda pemerintah tahun ini, kata PM Wen.
"Inflasi itu seperti harimau, sekali lepas, sulit memasukkannya kembali ke dalam kandang," tuturnya.
Tiongkok menghadapi tantangan baik dalam negeri maupun luar negeri dalam memerangi inflasi, yang mencapai 4,9 persen di bulan Februari dari tahun ke tahun. Tiongkok menetapkan target mematok inflasi pada atau di bawah 4 persen untuk seluruh tahun.
"Faktor-faktor internasional berada di balik inflasi Tiongkok," kata Wen Jiabao, dengan menyebut suatu "kebijakan peringanan kuantitatif negeri tertentu" yang telah menjurus ke fluktuasi drastis mata uang dan komoditas.
Cadangan Federal AS dalam November mengumumkan akan mengucurkan $600 miliar ke dalam ekonomi AS untuk mendongkrak pertumbuhan, yang oleh para analis dikatakan pada gilirannya akan menimbulkan risiko menaikkan harga di seluruh dunia karena berakibat dolar melemah dan menambah likuiditas. Misalnya, harga minyak baru-baru ini telah bergerak sekitar $100 per barel.
Tiongkok akan memperkuat produksi dan sirkulasi padi-padian untuk menjamin agar harga makanan stabil, kata Wen Jiabao. Kenaikan harga makanan menempati kira-kira 30 persen inflasi Tiongkok.
.Wen Jiabao juga mengatakan bahwa pemerintah akan mengontrol likuiditas untuk mengendalikan kenaikan harga perumahan. "Kita akan menghapuskan dasar moneter untuk kenaikan harga perumahan dan makanan."
Pemerintah akan menyediakan lebih banyak perumahan terjangkau bagi mereka yang berpenghasilan rendah dengan membangun 36 juta unit sampai tahun 2015, kata Wen Jiabao.
Tindakan lain untuk memperbaiki taraf hidup rakyat meliputi kenaikan harga beli minimum padi-padian dari petani.
"Harga minimum itu akan terus dinaikkan secara mencolok," katanya.
Petani juga akan mendapat keuntungan dari tersedianya kesempatan kerja yang lebih luas di kota. Dikatakannya bahwa sejumlah 242 juta migran dari desa bekerja di kota.
PM Wen menunjukkan bahwa Tiongkok akan meneruskan dengan konsisten reformasi mekanisme formasi nilai tukar mata uang yuan. "Apresiasi yuan harus bertahap, karena hal ini akan berdampak pada kesempatan kerja dan menimbulkan tekanan pada perusahaan dan kesempatan kerja, dan kita harus memelihara stabilitas sosial secara menyeluruh," ujarnya.
Wen Jiabao juga mengingatkan kembali situasi sulit antara akhir tahun 2008 dan paro pertama 2009 ketika perdagangan internasional merosot dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok turun tajam.
"Dengan berbagai upaya yang penuh susah payah kita mampu menjadikan ekonomi Tiongkok sebagai salah satu yang pertama di dunia dalam hal mencapai kepulihan dan kebangkitan kembali, dan mengelakkan kemunduran dalam perkembangan ekonomi Tiongkok," katanya.
Mengenai sektor swasta dalam ekonomi Tiongkok, PM Wen Jiabao mengatakan bahwa pemerintah sedang mempersiapkan sejumlah peraturan yang lebih rinci untuk memajukan perkembangan ekonomi swasta. Wen menunjukkan, Tiongkok bermaksud mencapai perkembangan yang sehat dalam sektor swasta dan juga memajukan perkembangan ekonomi milik negara.
"Dewasa ini tidak ada masalah tentang badan usaha milik negara bergerak maju sedang yang milik swasta mundur," katanya. "Sebaliknya, juga tidak ada gejala badan usaha milik swasta bergerak maju sedang yang milik negara mundur."
Investasi swasta menempati lebih dari 50 persen dari investasi total dalam aset tetap. Di kalangan badan usaha industri, sektor swasta telah melampaui sektor milik negara dalam hal jumlah perusahaan, nilai hasil, aset total dan jumlah pegawai, menurut PM Wen.
Meskipun sektor milik negara memiliki proporsi lebih rendah dari ekonomi total, sektor milik negara masih tetap menguasai tali nyawa ekonomi negeri, katanya.
"Terus-menerus memperdalam reformasi badan usaha milik negara, terutama dengan jalan pembentukan sistem perusahaan atas-dasar-saham (joint-stock enterprises) yang modern, juga menyerap banyak modal masyarakat dan modal swasta, yang berperanan mendukung perkembangan ekonomi milik negara.
"Kita harus berpegang teguh pada dua sektor, untuk mendorong perkembangan bersama baik ekonomi negara maupun sektor swasta," katanya.
Untuk menyeimbangkan struktur ekonomi negeri, Dewan Negara telah menerbitkan 36 pedoman dalam bulan Mei tahun lalu guna menciptakan "lingkungan yang adil dan transparan" untuk investasi swasta dan "memperluas lingkup masuknya investasi swasta."
Investasi swasta digalakkan untuk memasuki sektor-sektor prasarana seperti transportasi, air, minyak, gas alam, tenaga listrik, pertambangan dan telekomunikasi, dan mengalir ke dalam utilitas publik, utilitas sosial, layanan keuangan, perdagangan dan pertahanan.
[Di Tiongkok terdapat lebih dari 8,4 juta badan usaha swasta, berarti lebih dari 74 persen seluruh jumlah badan usaha Tiongkok. Jumlah badan usaha swasta telah tumbuh rata-rata 14,3 persen tiap tahun selama lima tahun yang lalu, demikian penjelasan Huang Mengfu, ketua Gabungan Industri dan Perdagangan Seluruh Tiongkok.
Modal terdaftar badan-badan usaha itu telah melampaui 19 triliun yuan ($2,9 triliun) yang tiap tahun tumbuh rata-rata 20,1 persen, katanya].
Dalam menyoroti reformasi sebagai "tema abadi" sepanjang sejarah Tiongkok, Perdana Menteri Wen Jiabao berjanji bahwa Tiongkok akan maju terus dengan restrukturisasi politik dan ekonomi untuk menanamkan vitalitas kepada negeri.
"Restrukturisasi politik dan ekonomi harus dilaksanakan dengan cara terkoordinasi," kata Wen Jiabao.
"Reformasi politik menyediakan jaminan bagi restrukturisasi ekonomi," katanya.
"Tanpa ini, restrukturisasi ekonomi tidak akan berhasil dan apa yang telah dicapai bisa lenyap."
Tapi bukanlah hal yang mudah menggulirkan restrukturisasi politik di negeri besar yang berpenduduk 1,3 milyar orang.
Restrukturisasi politik memerlukan lingkungan sosial yang stabil dan harmonis, dan harus didorong maju dengan cara yang tertib di bawah pimpinan Partai Komunis Tiongkok, katanya.
Perdana Menteri menyebut beberapa soal yang harus dipecahkan oleh reformasi politik dan ekonomi. Pada saat ini, katanya, korupsi menjadi ancaman terbesar bagi negeri dan untuk membasmi akarnya, Tiongkok harus melakukan reformasi institusional.
"Nasib sebuah negeri terletak pada hati rakyatnya," kata Wen. "Jika kita memikirkan kesusahan rakyat dan memenuhi harapan mereka, kita harus menciptakan syarat bagi rakyat untuk mengritik dan mengawasi pemerintah."
Perdana Menteri mengajukan pandangan yang sama dalam laporan kerja pemerintah yang disampaikannya pada sidang tahunan KRN tahun lalu ketika ia mengemukakan: "Kita akan memajukan transparansi urusan administratif, … biarlah media berita menjalankan secara penuh peranan pengawasannya, dan melaksanakan kekuasaan secara terbuka."
Wen Jiabao mengatakan kejujuran dan keadilan merupakan landasan kestabilan sosial dan kejujuran harus diwujudkan dalam pembagian penghasilan dan dimajukan dalam akses ke sumber daya pendidikan dan layanan kesehatan.
"Jika kita berniat mencapai tujuan tersebut di muka, kita harus maju terus dengan restrukturisasi ekonomi dan politik," kata Wen Jiabao.
Ia juga menunjukkan bahwa setiap orang harus diberi kesempatan untuk menerima pendidikan sehingga semua orang dapat mencapai potensial mereka dan berpikir mandiri serta kreatif.
Restrukturisasi ekonomi tidak akan membatasi bisnis yang didanai Taiwan di daratan, kata Wen Jiabao. Upaya daratan untuk mentransformasi pola perkembangan ekonomi akan menciptakan lingkungan investasi yang lebih baik dan mendatangkan kesempatan yang lebih menguntungkan bagi perusahaan Taiwan.
"Perusahaan-perusahaan Taiwan akan menikmati potensial lebih besar untuk berkembang," katanya dalam menanggapi beberapa pertanyaan mengenai keprihatinan di Taiwan bahwa peralihan ekonomi daratan ke arah pola yang lebih ramah lingkungan bisa berdampak tidak baik bagi sejumlah bisnis dengan dana Taiwan yang kebanyakannya padat karya dan padat sumber daya.
Daratan telah menjadi tujuan penting bagi investasi Taiwan, dengan 9 persen dari investasi luar negeri total di daratan datang dari Taiwan.
Pada saat ini terdapat lebih dari 80.000 bisnis investasi Taiwan di daratan, dengan jumlah keseluruhan investasi melampaui 90 milyar dolar AS.
PM Wen berkata, program "panen dini" Perjanjian Kerangka Kerja Sama Lintas Selat telah mendatangkan hasil positif sejak mulai berlaku pada 1 Januari.
Memperhatikan adanya masalah-masalah dalam pelaksanaan perjanjian tersebut, Wen Jiabao menjanjikan perundingan tindak lanjut.
Volume perdagangan antara daratan dengan Taiwan melampaui 140 milyar dolar AS di tahun 2010, dengan surplus Taiwan sebesar 86 milyar dolar AS, kata Wen Jiabao, dan menambahkan bahwa volume perdagangan tumbuh 30 persen bulan Jamuari.
"Saya memperhitungkan bisnis Taiwan akan memperoleh perkembangan yang lebih besar di daratan," katanya.
[Pada hari Senin itu, Chiang Yung-Hsiung, pengusaha Taiwan pemilik pabrik koper di Beijing dengan 3.000 karyawan, mengatakan kepada China Daily bahwa ia tidak ambil pusing tentang tekanan akibat biaya kerja yang meningkat karena daratan sudah lama kehilangan kelebihan dalam bidang itu.
"Berbagai kebijakan yang menguntungkan, bahasa yang sama dan bea-cukai yang serupa – ini semua menambah daya tarik investasi di sini, dibanding dengan biaya kerja yang lebih murah di beberapa negeri Asia Tenggara," kata Chiang Yung-Hsiung.]
Pada jumpa wartawan itu Wen Jiabao juga mengatakan bahwa Hong Kong berkemampuan menangani persaingan dan risiko regional maupun internasional, dengan mengatakan bahwa kelebihannya dalam hal peranannya sebagai pusat keuangan internasional tidak berubah.
Ia menekankan bahwa Rencana Lima Tahun Ke-12 (2011-2015) pemerintah pusat sama sekali tidak akan menggantikan rencana Hong Kong sendiri.
Sebuah bab tentang Hong Kong dan Macao dalam rencana lima tahun dimaksudkan untuk mendukung perkembangan kedua daerah itu, bukan untuk dipaksakan.
Inilah kali pertama bahwa pemerintah pusat memetakan sebuah bab mandiri tentang kedua daerah adiministrasi khusus dalam cetak-biru lima tahunnya, demikian tegas PM Wen Jiabao.
Mencapai pertumbuhan tahunan GDP sebesar 7 persen rata-rata untuk periode Rencana Lima Tahun ke-12 (2011- 2015) "bukanlah tugas yang mudah," kata PM Wen.
Hari itu sebelum jumpa wartawan, KRN mensahkan Rencana Lima Tahun ke-12 untuk perkembangan ekonomi dan sosial, dan menerima baik resolusi mendukung laporan kerja pemerintah yang disampaikan oleh PM Wen Jiabao.
Dalam laporan itu Wen menyoroti sasaran perkembangan dalam lima tahun mendatang dan menjelaskan agenda pemerintah yang utama tahun ini.
Tiongkok masih harus memecahkan masalah-masalah yang telah lama tak terpecahkan dalam suatu ekonomi yang kurang seimbang, kurang terkoordinasi dan kurang berkelanjutan.
Berbagai masalah ketidakseimbangan dan koordinasi meliputi, di antaranya, perbedaan antara desa dan kota, pertentangan antara investasi dan konsumsi, kesenjangan kekayaan yang makin mencolok.
Sementara itu terdapat keprihatinan yang makin dalam mengenai dampak lingkungan dari ekonomi yang ditopang sumber daya.
Dalam waktu sekitar dua jam 40 menit, Wen menjawab 12 pertanyaan yang mengangkat soal-soal mulai dari menyeimbangkan kembali struktur ekonomi, mengendalikan inflasi, memangkas harga rumah, reformasi politik sampai perkembangan bisnis swasta.
Wen Jiabao mengatakan, Tiongkok harus menyeimbangkan dengan baik antara pertumbuhan, pekerjaan (kesempatan kerja) dan inflasi untuk menghindari resesi ekonomi sambil mengurangi tekanan dari biaya yang meningkat.
"Kita harus menggunakan sebaik-baiknya kesempatan (tingkat pertumbuhan lebih rendah) untuk menyesuaikan struktur ekonomi . . . dan memungkinkan pertumbuhan ekonomi cocok dengan penduduk, lingkungan dan sumber daya Tiongkok," katanya.
Wen Jiabao menunjukkan, Tiongkok harus meninggalkan mentalitas "hanya GDP saja" dan menjamin supaya pertumbuhan ekonomi jangan lagi dicapai dengan mengorbankan sumber daya, energi, dan lingkungan hidup.
Ia juga menyerukan pengubahan sistem evaluasi untuk menilai kinerja pejabat.
Banyak pejabat memberi perhatian lebih banyak kepada pertumbuhan GDP daripada pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dengan maksud untuk mendapat promosi.
Tiongkok harus bersandar pada inovasi ilmiah dan perbaikan mutu kerja untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pertumbuhan, demikian Wen menambahkan.
Laju Tiongkok dalam pemulihan ekonomi dan gerak maju ekonomi dan sosialnya yang mantap telah menarik banyak perhatian dunia, tapi PM Wen Jiabao tetap menegaskan bahwa Tiongkok telah memilih jalan perkembangan yang cocok dengan syarat nasionalnya sendiri.
"Tidaklah tepat membuat analogi antara Tiongkok dengan negeri-negeri lain," kata Wen Jiabao ketika menanggapi pertanyaan tentang apakah negeri-negeri lain bisa belajar dari model perkembangan Tiongkok, khususnya setelah "beberapa negeri Afrika Utara telah mengalami perubahan besar."
Semua negeri harus merintis jalan perkembangannya sendiri, katanya.
Tiongkok akan meningkatkan upaya untuk memperbaiki penghidupan rakyat dengan cara meredam inflasi, memperbanyak perumahan terjangkau, dan menaikkan pendapatan petani.
Inflasi akan menjadi puncak agenda pemerintah tahun ini, kata PM Wen.
"Inflasi itu seperti harimau, sekali lepas, sulit memasukkannya kembali ke dalam kandang," tuturnya.
Tiongkok menghadapi tantangan baik dalam negeri maupun luar negeri dalam memerangi inflasi, yang mencapai 4,9 persen di bulan Februari dari tahun ke tahun. Tiongkok menetapkan target mematok inflasi pada atau di bawah 4 persen untuk seluruh tahun.
"Faktor-faktor internasional berada di balik inflasi Tiongkok," kata Wen Jiabao, dengan menyebut suatu "kebijakan peringanan kuantitatif negeri tertentu" yang telah menjurus ke fluktuasi drastis mata uang dan komoditas.
Cadangan Federal AS dalam November mengumumkan akan mengucurkan $600 miliar ke dalam ekonomi AS untuk mendongkrak pertumbuhan, yang oleh para analis dikatakan pada gilirannya akan menimbulkan risiko menaikkan harga di seluruh dunia karena berakibat dolar melemah dan menambah likuiditas. Misalnya, harga minyak baru-baru ini telah bergerak sekitar $100 per barel.
Tiongkok akan memperkuat produksi dan sirkulasi padi-padian untuk menjamin agar harga makanan stabil, kata Wen Jiabao. Kenaikan harga makanan menempati kira-kira 30 persen inflasi Tiongkok.
.Wen Jiabao juga mengatakan bahwa pemerintah akan mengontrol likuiditas untuk mengendalikan kenaikan harga perumahan. "Kita akan menghapuskan dasar moneter untuk kenaikan harga perumahan dan makanan."
Pemerintah akan menyediakan lebih banyak perumahan terjangkau bagi mereka yang berpenghasilan rendah dengan membangun 36 juta unit sampai tahun 2015, kata Wen Jiabao.
Tindakan lain untuk memperbaiki taraf hidup rakyat meliputi kenaikan harga beli minimum padi-padian dari petani.
"Harga minimum itu akan terus dinaikkan secara mencolok," katanya.
Petani juga akan mendapat keuntungan dari tersedianya kesempatan kerja yang lebih luas di kota. Dikatakannya bahwa sejumlah 242 juta migran dari desa bekerja di kota.
PM Wen menunjukkan bahwa Tiongkok akan meneruskan dengan konsisten reformasi mekanisme formasi nilai tukar mata uang yuan. "Apresiasi yuan harus bertahap, karena hal ini akan berdampak pada kesempatan kerja dan menimbulkan tekanan pada perusahaan dan kesempatan kerja, dan kita harus memelihara stabilitas sosial secara menyeluruh," ujarnya.
Wen Jiabao juga mengingatkan kembali situasi sulit antara akhir tahun 2008 dan paro pertama 2009 ketika perdagangan internasional merosot dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok turun tajam.
"Dengan berbagai upaya yang penuh susah payah kita mampu menjadikan ekonomi Tiongkok sebagai salah satu yang pertama di dunia dalam hal mencapai kepulihan dan kebangkitan kembali, dan mengelakkan kemunduran dalam perkembangan ekonomi Tiongkok," katanya.
Mengenai sektor swasta dalam ekonomi Tiongkok, PM Wen Jiabao mengatakan bahwa pemerintah sedang mempersiapkan sejumlah peraturan yang lebih rinci untuk memajukan perkembangan ekonomi swasta. Wen menunjukkan, Tiongkok bermaksud mencapai perkembangan yang sehat dalam sektor swasta dan juga memajukan perkembangan ekonomi milik negara.
"Dewasa ini tidak ada masalah tentang badan usaha milik negara bergerak maju sedang yang milik swasta mundur," katanya. "Sebaliknya, juga tidak ada gejala badan usaha milik swasta bergerak maju sedang yang milik negara mundur."
Investasi swasta menempati lebih dari 50 persen dari investasi total dalam aset tetap. Di kalangan badan usaha industri, sektor swasta telah melampaui sektor milik negara dalam hal jumlah perusahaan, nilai hasil, aset total dan jumlah pegawai, menurut PM Wen.
Meskipun sektor milik negara memiliki proporsi lebih rendah dari ekonomi total, sektor milik negara masih tetap menguasai tali nyawa ekonomi negeri, katanya.
"Terus-menerus memperdalam reformasi badan usaha milik negara, terutama dengan jalan pembentukan sistem perusahaan atas-dasar-saham (joint-stock enterprises) yang modern, juga menyerap banyak modal masyarakat dan modal swasta, yang berperanan mendukung perkembangan ekonomi milik negara.
"Kita harus berpegang teguh pada dua sektor, untuk mendorong perkembangan bersama baik ekonomi negara maupun sektor swasta," katanya.
Untuk menyeimbangkan struktur ekonomi negeri, Dewan Negara telah menerbitkan 36 pedoman dalam bulan Mei tahun lalu guna menciptakan "lingkungan yang adil dan transparan" untuk investasi swasta dan "memperluas lingkup masuknya investasi swasta."
Investasi swasta digalakkan untuk memasuki sektor-sektor prasarana seperti transportasi, air, minyak, gas alam, tenaga listrik, pertambangan dan telekomunikasi, dan mengalir ke dalam utilitas publik, utilitas sosial, layanan keuangan, perdagangan dan pertahanan.
[Di Tiongkok terdapat lebih dari 8,4 juta badan usaha swasta, berarti lebih dari 74 persen seluruh jumlah badan usaha Tiongkok. Jumlah badan usaha swasta telah tumbuh rata-rata 14,3 persen tiap tahun selama lima tahun yang lalu, demikian penjelasan Huang Mengfu, ketua Gabungan Industri dan Perdagangan Seluruh Tiongkok.
Modal terdaftar badan-badan usaha itu telah melampaui 19 triliun yuan ($2,9 triliun) yang tiap tahun tumbuh rata-rata 20,1 persen, katanya].
Dalam menyoroti reformasi sebagai "tema abadi" sepanjang sejarah Tiongkok, Perdana Menteri Wen Jiabao berjanji bahwa Tiongkok akan maju terus dengan restrukturisasi politik dan ekonomi untuk menanamkan vitalitas kepada negeri.
"Restrukturisasi politik dan ekonomi harus dilaksanakan dengan cara terkoordinasi," kata Wen Jiabao.
"Reformasi politik menyediakan jaminan bagi restrukturisasi ekonomi," katanya.
"Tanpa ini, restrukturisasi ekonomi tidak akan berhasil dan apa yang telah dicapai bisa lenyap."
Tapi bukanlah hal yang mudah menggulirkan restrukturisasi politik di negeri besar yang berpenduduk 1,3 milyar orang.
Restrukturisasi politik memerlukan lingkungan sosial yang stabil dan harmonis, dan harus didorong maju dengan cara yang tertib di bawah pimpinan Partai Komunis Tiongkok, katanya.
Perdana Menteri menyebut beberapa soal yang harus dipecahkan oleh reformasi politik dan ekonomi. Pada saat ini, katanya, korupsi menjadi ancaman terbesar bagi negeri dan untuk membasmi akarnya, Tiongkok harus melakukan reformasi institusional.
"Nasib sebuah negeri terletak pada hati rakyatnya," kata Wen. "Jika kita memikirkan kesusahan rakyat dan memenuhi harapan mereka, kita harus menciptakan syarat bagi rakyat untuk mengritik dan mengawasi pemerintah."
Perdana Menteri mengajukan pandangan yang sama dalam laporan kerja pemerintah yang disampaikannya pada sidang tahunan KRN tahun lalu ketika ia mengemukakan: "Kita akan memajukan transparansi urusan administratif, … biarlah media berita menjalankan secara penuh peranan pengawasannya, dan melaksanakan kekuasaan secara terbuka."
Wen Jiabao mengatakan kejujuran dan keadilan merupakan landasan kestabilan sosial dan kejujuran harus diwujudkan dalam pembagian penghasilan dan dimajukan dalam akses ke sumber daya pendidikan dan layanan kesehatan.
"Jika kita berniat mencapai tujuan tersebut di muka, kita harus maju terus dengan restrukturisasi ekonomi dan politik," kata Wen Jiabao.
Ia juga menunjukkan bahwa setiap orang harus diberi kesempatan untuk menerima pendidikan sehingga semua orang dapat mencapai potensial mereka dan berpikir mandiri serta kreatif.
Restrukturisasi ekonomi tidak akan membatasi bisnis yang didanai Taiwan di daratan, kata Wen Jiabao. Upaya daratan untuk mentransformasi pola perkembangan ekonomi akan menciptakan lingkungan investasi yang lebih baik dan mendatangkan kesempatan yang lebih menguntungkan bagi perusahaan Taiwan.
"Perusahaan-perusahaan Taiwan akan menikmati potensial lebih besar untuk berkembang," katanya dalam menanggapi beberapa pertanyaan mengenai keprihatinan di Taiwan bahwa peralihan ekonomi daratan ke arah pola yang lebih ramah lingkungan bisa berdampak tidak baik bagi sejumlah bisnis dengan dana Taiwan yang kebanyakannya padat karya dan padat sumber daya.
Daratan telah menjadi tujuan penting bagi investasi Taiwan, dengan 9 persen dari investasi luar negeri total di daratan datang dari Taiwan.
Pada saat ini terdapat lebih dari 80.000 bisnis investasi Taiwan di daratan, dengan jumlah keseluruhan investasi melampaui 90 milyar dolar AS.
PM Wen berkata, program "panen dini" Perjanjian Kerangka Kerja Sama Lintas Selat telah mendatangkan hasil positif sejak mulai berlaku pada 1 Januari.
Memperhatikan adanya masalah-masalah dalam pelaksanaan perjanjian tersebut, Wen Jiabao menjanjikan perundingan tindak lanjut.
Volume perdagangan antara daratan dengan Taiwan melampaui 140 milyar dolar AS di tahun 2010, dengan surplus Taiwan sebesar 86 milyar dolar AS, kata Wen Jiabao, dan menambahkan bahwa volume perdagangan tumbuh 30 persen bulan Jamuari.
"Saya memperhitungkan bisnis Taiwan akan memperoleh perkembangan yang lebih besar di daratan," katanya.
[Pada hari Senin itu, Chiang Yung-Hsiung, pengusaha Taiwan pemilik pabrik koper di Beijing dengan 3.000 karyawan, mengatakan kepada China Daily bahwa ia tidak ambil pusing tentang tekanan akibat biaya kerja yang meningkat karena daratan sudah lama kehilangan kelebihan dalam bidang itu.
"Berbagai kebijakan yang menguntungkan, bahasa yang sama dan bea-cukai yang serupa – ini semua menambah daya tarik investasi di sini, dibanding dengan biaya kerja yang lebih murah di beberapa negeri Asia Tenggara," kata Chiang Yung-Hsiung.]
Pada jumpa wartawan itu Wen Jiabao juga mengatakan bahwa Hong Kong berkemampuan menangani persaingan dan risiko regional maupun internasional, dengan mengatakan bahwa kelebihannya dalam hal peranannya sebagai pusat keuangan internasional tidak berubah.
Ia menekankan bahwa Rencana Lima Tahun Ke-12 (2011-2015) pemerintah pusat sama sekali tidak akan menggantikan rencana Hong Kong sendiri.
Sebuah bab tentang Hong Kong dan Macao dalam rencana lima tahun dimaksudkan untuk mendukung perkembangan kedua daerah itu, bukan untuk dipaksakan.
Inilah kali pertama bahwa pemerintah pusat memetakan sebuah bab mandiri tentang kedua daerah adiministrasi khusus dalam cetak-biru lima tahunnya, demikian tegas PM Wen Jiabao.