Pemberlakuan Zona Perdagangan Bebas Tiongkok-ASEAN atau CAFTA genap berusia setahun pada tanggal 1 Januari 2011. CAFTA merupakan kawasan perdagangan bebas tunggal pertama, baik bagi Tiongkok maupun ASEAN. Selama setahun ini, CAFTA telah mencatat permulaan yang cukup baik dengan hasil luar biasa, telah mendatangkan keuntungan kepada Tiongkok maupun ASEAN. Hal ini disepakati sejumlah pakar yang berbicara kepada CRI.
Setelah kerja keras selama sepuluh tahun, CAFTA diresmikan pada 1 Januari 2010. Zona perdagangan bebas ini melibatkan populasi sebanyak 1,9 miliar, Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar US$ 6 triliun dan nilai perdagangan sebesar US$ 4,5 triliun. Menurut pengamat, sebagai kawasan perdagangan bebas terbesar di dunia antar-negara berkembang bakal berpengaruh besar terhadap perekonomian maupun politik dunia pada paruh pertama abad ke-21.
Wakil Sekjen Pihak Tiongkok dari Dewan Pengurus Perdagangan Tiongkok-ASEAN Xu Ningning menjelaskan, nilai perdagangan Tiongkok dengan ASEAN tetap bertumbuh pesat walaupun ada krisis moneter global. Peningkatan nilai perdagangan ini adalah berkat penurunan bea masuk yang sejalan dengan pembentukan CAFTA. Antara Januari hingga November 2010, nilai perdagangan antara Tiongkok dengan ASEAN tercatat sebesar US$ 263 miliar, naik 41 persen dibanding periode yang sama satu tahun lalu.
Pembebasan bea masuk semakin menarik perusahaan Tiongkok untuk berinvestasi ke negara-negara ASEAN. Direktur Seksi Eskpor Perusahaan Automotif Liuzhou Dongfeng, Feng Jie menjelaskan, berkat CAFTA dan rehabilitasi ekonomi dunia, jumlah maupun nilai penjualan perusahaan mereka pada enam bulan pertama 2010 di Vietnam saja telah melebihi angka yang dicapai sepanjang tahun 2009.
CAFTA tentu saja juga mendatangkan "peluang Tiongkok" kepada negara-negara ASEAN. Pakar Thailand mengatakan, selama beberapa tahun terakhir ini, seiring dengan lonjakan pendapatan per kapita warga negara Tiongkok, maka permintaan dari warga Tiongkok terhadap produk berkualitas tinggi juga ikut meningkat. Pasar Tiongkok yang berkembang pesat merupakan kesempatan besar bagi produk luar negeri. Di sisi lain, produk-produk ASEAN tentu saja memiliki keunggulan kompetitif dibanding produk negara lain karena terbentuknya CAFTA.
Wakil Sekjen Pihak Tiongkok dari Dewan Pengurus Perdagangan Tiongkok-ASEAN Xu Ningning menjelaskan, sejalan dengan terbukanya pasar investasi, perbaikan lingkungan investasi, dan pengurangan rintangan investasi antara Tiongkok dan ASEAN, maka ruang pertumbuhan kerja sama dan investasi kedua pihak akan semakin besar.
Selain itu, karena negara-negara Barat menerapkan terlalu banyak rintangan perdagangan terhadap produk ekspor Tiongkok, maka perusahaan Tiongkok lebih berminat berinvestasi ke negara-negara ASEAN, sehingga secara tidak langsung merintis pasar di Jepang, Korea Selatan, Eropa maupun Amerika, karena ASEAN telah menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Jepang dan Korea Selatan. Selain itu, semakin banyak perusahaan di luar kawasan ASEAN dan Tiongkok yang ingin berinvestasi di ASEAN, dengan tujuan merintis pasar Tiongkok, yang memanfaatkan fasilitas pembebasan bea masuk antara Tiongkok dengan ASEAN.
Meskipun awal yang dirintis CAFTA cukup baik, tetapi ada pula pakar yang berpendapat, sejumlah problem tetap perlu dipecahkan dalam proses pengintegrasian ekonomi Tiongkok-ASEAN, misalnya masalah ketidakseimbangan perdagangan serta kekurangan logistik dalam internal CAFTA.
"Kepentingan bersama" merupakan dasar demi meningkatkan kerja sama strategis Tiongkok-ASEAN. Meskipun menghadapi tantangan, CAFTA adalah satu mekanisme yang mendatangkan keuntungan bagi semua. Dengan mempertimbangkan tingkat pembangunan ekonomi dan kondisi pasar negara masing-masing, semua negara yang terlibat hendaknya memperluas akses pasar, menghilangkan rintangan perdagangan dan investasi, demi mengembangkan potensi CAFTA.